Tiga anak di bawah umur di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, harus menjadi pemulung. Uang hasil mengumpulkan barang bekas itu untuk membeli beras dan seragam serta menghidup nenek mereka.
Taufiq dan adik-adiknya mencari barang bekas seusai jam sekolah atau pada hari libur. Mereka biasanya meninggalkan rumah sekitar pukul 13.00 Wita dan baru pulang malam hari setelah gerobaknya penuh barang bekas.
Mereka menjadi tanggung jawab Sahara, sang nenek, sejak kedua orangtua mereka bercerai. Padahal, nenek mereka tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun, sejak dua tahun lalu, peran itu berubah. Akibat jatuh dan mengalami patah kaki, Sahara tidak bisa bekerja. Kini, ketiga cucunya yang mencari nafkah.
Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil, berukuran 3 x 4 meter. Gubuk ini sudah reyot dan hampir rubuh karena dimakan usia.
Berbekal gerobak tua berukuran 2 x 1 meter, Taufiq (9) serta dua adiknya, Suryadi (8) dan Tiara (7), dengan sekuat tenaga berusaha mendorong dan menyusuri jalan-jalan di Kota Polewali Mandar. Mereka berburu kardus, plastik bekas, besi tua, dan barang bekas apa saja yang laku dijual.
Taufiq dan adik-adiknya mencari barang bekas seusai jam sekolah atau pada hari libur. Mereka biasanya meninggalkan rumah sekitar pukul 13.00 Wita dan baru pulang malam hari setelah gerobaknya penuh barang bekas.
Barang bekas yang mereka kumpulkan dijual seharga Rp 1.000 per kilogram. Jika beruntung, Taufiq dan adik-adiknya bisa pulang membawa Rp 10.000 untuk disetorkan kepada neneknya. Namun, mereka lebih sering hanya mendapat Rp 5.000.
Dengan pendapatan sekecil itu, mereka harus memenuhi kebutuhan dapur, seperti membeli beras dan lauk pauk. Mereka berusaha menyisihkan penghasilan untuk membeli kebutuhan sekolah.
"Kalau dapat uang, saya kasih nenek untuk beli beras dan seragam sekolah," ujar Taufik dengan polos.
Jawaria, pedagang pengumpul barang bekas di Polewali Mandar, mengatakan, Taufiq bersaudara sudah lama jadi langganannya. Karena kasihan, Jawaria membekali Taufiq dengan sebuah gerobak tua untuk mengumpulkan barang bekas.
"Kasihan, Taufik dan adik-adiknya bisa dapat Rp 20.000 bagi rata bersama adik dan temannya," ujar Jawaria.
Taufiq dan adik-adiknya mencari barang bekas seusai jam sekolah atau pada hari libur. Mereka biasanya meninggalkan rumah sekitar pukul 13.00 Wita dan baru pulang malam hari setelah gerobaknya penuh barang bekas.
Mereka menjadi tanggung jawab Sahara, sang nenek, sejak kedua orangtua mereka bercerai. Padahal, nenek mereka tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun, sejak dua tahun lalu, peran itu berubah. Akibat jatuh dan mengalami patah kaki, Sahara tidak bisa bekerja. Kini, ketiga cucunya yang mencari nafkah.
Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil, berukuran 3 x 4 meter. Gubuk ini sudah reyot dan hampir rubuh karena dimakan usia.
Berbekal gerobak tua berukuran 2 x 1 meter, Taufiq (9) serta dua adiknya, Suryadi (8) dan Tiara (7), dengan sekuat tenaga berusaha mendorong dan menyusuri jalan-jalan di Kota Polewali Mandar. Mereka berburu kardus, plastik bekas, besi tua, dan barang bekas apa saja yang laku dijual.
Taufiq dan adik-adiknya mencari barang bekas seusai jam sekolah atau pada hari libur. Mereka biasanya meninggalkan rumah sekitar pukul 13.00 Wita dan baru pulang malam hari setelah gerobaknya penuh barang bekas.
Barang bekas yang mereka kumpulkan dijual seharga Rp 1.000 per kilogram. Jika beruntung, Taufiq dan adik-adiknya bisa pulang membawa Rp 10.000 untuk disetorkan kepada neneknya. Namun, mereka lebih sering hanya mendapat Rp 5.000.
Dengan pendapatan sekecil itu, mereka harus memenuhi kebutuhan dapur, seperti membeli beras dan lauk pauk. Mereka berusaha menyisihkan penghasilan untuk membeli kebutuhan sekolah.
"Kalau dapat uang, saya kasih nenek untuk beli beras dan seragam sekolah," ujar Taufik dengan polos.
Jawaria, pedagang pengumpul barang bekas di Polewali Mandar, mengatakan, Taufiq bersaudara sudah lama jadi langganannya. Karena kasihan, Jawaria membekali Taufiq dengan sebuah gerobak tua untuk mengumpulkan barang bekas.
"Kasihan, Taufik dan adik-adiknya bisa dapat Rp 20.000 bagi rata bersama adik dan temannya," ujar Jawaria.
0 comments:
Post a Comment